Mataram – Kebanyakan orang disekitar tempat tinggalnya, mengenal dia sebagai seorang anak yang tidak banyak bicara. Akan tetapi sebagiannya lagi mengenalnya sebagai perempuan dengan kepribadian yang tangguh, hebat dan mandiri. Disebabkan latar belakang kehidupannya yang semenjak kecil sangat terbilang jauh dari kasih sayang kedua orang tua.
Tapi inilah dia, seorang perempuan yang bernama Riska dengan keterbatasan hidup yang sulit. Namun hal itu tidak membuatnya harus melepas mimpi-mimpinya, karena semua orang berhak bahagia dan berhak menjadi apa yang di inginkan seperti orang-orang sukses diluar sana. Karena kesuksesan bukanlah milik orang-orang yang kaya saja tetapi, kesuksesan adalah milik mereka yang senantiasa mau berusaha untuk mewujudkan apa yang mereka inginkan.
Riska kelahiran Ampenan, 30 Oktober 1999, ayah dan ibunya bercerai sejak ia berusia 1 tahun 3 bulan. Kemudian masing-masing dari mereka memutuskan untuk mengadu nasib ke Malaysia, dan sejak saat itulah ibunya menitipkan Riska kepada sang nenek. Seiring berjalannya waktu dunia Riska seketika berubah, karena dia harus menerima kenyataan hidup yang tak mungkin dia hindari, ditambah ibu dan ayahnya menikah dengan pilihannya masing-masing.
“Sejak saat itulah dunia kecilku kuhabiskan bersama nenek. Lika-liku kehidupan bertahun-tahun terus kujalani,kunikmati dan kusyukuri.”
Karena nenekku seorang pedagang keliling kecil-kecilan, aku yang masih kecil mencoba membantu semampuku.
Dengan inisiatif sendiri Riska menawarkan diri “papuk ika mele milu jualan ndeh, adek arak kancene papuk, ika endah jak milu berson adek papuk ndk terlalu berat angkat beban, wah belek endah ika nane,” (Nek, ika mau ikut jualan iya, biar ada yang menemani Nenek, ika akan membawa bakulan dagangan biar nenek tidak berat bebannya, kan Ika sudah besar sekarang,” jelas Riska kepada sang nenek dan Alhamdulillah neneknya mengiyakan keinginannya untuk ikut berjualan.
Ketika neneknya Sakit atau kurang sehat Riska sering berjualan keliling sendiri.
Soal ejekan teman-teman itu bagiku sudah biasa, aku tidak perduli,karena aku berfikir ini hidupku,ngapain aku harus malu toh juga aku tidak minta makan sama mereka dan satu lagi yang harus kusadari hidupku tidak seberuntung mereka.
Hal yang paling membuatnya sedih ketika itu dia pulang sekolah dan perutnya sangat lapar sekali, kebetulan beras neneknya habis, lalu nenek menyuruhnya berhutang disalah satu warung, karena pemilik warung itu pernah berkata kepada nenek “lamun ndk arak beras apakde bait bae juluk lekte, launde bayah lamun dewah ulek bedagang,” (“Kalau tidak punya beras, ambil saja dulu disini, besok dibayar, kalua sudah pulang jualan”), sebab perkataan itulah nenek menyuruhnya kewarung tetangganya itu, Riska yang kecil berjalan hingga sampai kewarung itu dan iyaaa memang benar dia memberinya beras kemudian berkata “nimah berasne, papukbi utangne ndkn marak dengan,dengan semakin turun utangne lamun papukbi sayan betambah marak anjah-anjahan.” Yang artinya “ini berasnya, nenekmu tidak seperti orang, orang berhutang semakin sedikit, kalua nenekmu semakin bertambah seperti tangga”.
Mendengar hal tersebut, Seketika Hatinya Riska saat itu merasa sangat teriris, dia ingatkan pada dirinya sendiri, “aku harus sukses aku harus bisa punya banyak uang agar aku bisa membahagiakan nenek aku supaya tidak perlu berhutang lagi, supaya tidak perlu dikatakan orang lagi, aku harus sukses, aku harus terus lanjut sekolah apapun keadaannya aku tidak boleh putus sekolah”. Harapnya Penuh semangat.
Ada kejadian paling memilukan dalam hidupnya bersama sang nenek, ketika dia ikut berjualan kemudian tiba-tiba hari itu hujan, dagangan nenek tersisa banyak sekali sampai larut malam, sudah mencoba keliling kesana kemari karena hujan tidak ada orang yg keluar, dia melihat air mata nenek terjatuh dan nenek berkata ”ya Allah brembe jak entan nane ni? Daganganku ndkn bis, apee sik jak bemodal malik” artinya “ Ya Allah, bagaimana caranya sekarang ini? Daganganku belum habis, apa yang mau digunakan lagi untuk modal”, iba sang nenek.
Hati Riska semakin tersayat.. mendengar ucapan nenek. Setiap keluh kesah neneknya dibuat sebagai motivasi hidupnya, “kaa kamu itu harus sukses, kamu itu harus bisa bahagiakan papuk (nenek.red), biar tidak begini saja kehidupanmu”, ungkap riska ke dirinya sendiri.
Semenjak kejadian-kejadian itu Riska selalu rajin belajar dan semenjak kelas 1 sampai kelas 6 sekolah dasar dia memperoleh peringkat 1 terus, hanya beberapa kali saja diperingkat 2, karena dia berfikir “jika aku tidak bisa membahagiakan nenekku dengan memberi uang sedikit tidak aku membahagiakannya dengan prestasiku”.
Pada saat itu dan Riska sekecil itu sudah bisa mengatur waktunya dengan baik, dia tau kapan dia harus belajar, kapan dia harus bermain dan kapan dia harus membantu nenek berjualan, waktu bermainnya dulu mungkin bisa dibilang hanya sedikit sekali, dia lebih banyak menghabiskan waktunya untuk membantu sang nenek.
Tahun 2013 lalu, Riska pun lulus dari PKBM AL-KAUTSAR, dimana sekolah ini adalah sekolah gratis dari pemerintah untuk anak-anak yang kurang mampu.
“ditahun ini aku mulai bingung bagaimana caranya agar aku bisa melanjutkan pendidikanku dan akhirnya aku pindah ke LOMBOK UTARA dan tinggal bersama bibiku untuk melanjutkan pendidikan di MTS BAINUL ULUM SANTONG dengan harapan kehidupanku menjadi lebih baik,” harap Riska dan semua itu disana hanya 7 bulan saja.
Karena ada masalah, lalu Riska pindah ke Lombok Timur di MTS 2 YAKIN PEMONDAH, dirumah ibunya beserta suami dan anak-anaknya selama kurang lebih 3 bulan, dengan harapan mungkin setelah dia tinggal disana dia bisa merasakan kasih sayang seorang ibu, tetapi yang dia harapkan hanyalah harapan tidak sesuai dengan kenyataan dan akhirnya Riska memutuskan untuk kembali kerumah neneknya di AMPENAN untuk melanjutkan pendidikan di SMPN 18 Mataram.
Sejak saat itulah keluarganya mengatakan kedirinya dengan kata-kata yang kasar, Riska dibilang “yenadah lasingan kanak tie, mentang-mentangne mauk rengking 1 ampokn pindah jokto jokte adekne sak teparan pinter tiee, bikas lalok jadi kanak eee nendek-nendek rungukn wah kanak mentie ndk tao tebadak, brembe jage kenjarianne lemak”, artinya “dia sombong anak ini, mentang mentang dia dapat rangking 1, terus pindah kesana kemari, biar dia dibilang pintar, jangan di hiraukan, anak tidak bisa dibilang, besok ndak tahu nasibnya,”.
Riska hanya bisa terdiam dan bersabar, karena jika dia menjelaskan semuanya kepada mereka, mereka tidak akan pernah mendengar, itu sebabnya dia lebih memilih untuk diam dan membungkam.
Riska selalu diremehkan dan dibanding-bandingkan oleh paman, bibi dan kakak tirinya.
Sejak saat itu juga psikologinya sangat terganggu sehingga dia mengalami depresi berat yang membuatnya memotong rambutnya sendiri dengan gunting sampai gundul, sempat juga menimbulkan rasa ingin bunuh diri dan itu sempat di lakukan. “aku berfikir jika aku mengakhiri hidupku saat ini, dengn cara yang seperti ini pasti tuhanku tidak akan menerimaku,karena segala sesuatu yang dilakukan didunia ini pasti bakalan dimintai pertanggung jawaban, aku berfikir lagi Allah memberikan cobaan ini kepadaku karena Allah yakin aku bisa melaluinya, jika aku tidak bisa melalui cobaan yang semacam ini bagaimana bisa aku menghadapi cobaan-cobaan berikutnya. karena Allah memberikan cobaan tidak jauh dari batas kemampuan hambanya.” Tegar Riska.
Tiga tahun pun berlalu, Riska mulai bingung bagaimana caranya dia bisa melanjutkan pendidikannya lagi, dia mencoba menjelaskan keinginannya kepada orang tuanya, tetapi hasilnya sama saja. Mereka tidak mau membiayainya dengan alasan jika dia bersekolah di Kota Mataram, mereka tidak akan membiayainya, lalu Riska mencoba menemui kakaknya, ”maaf dek kakak ndak bau tepatin janji kakak, karne kakak nane wah ngkah begawean, terus senine kakak jakn melahirkan”, artinya “maaf iya adik, kakak ndak bisa tepati janji untuk biayai kamu, karena kakak sekarang sudah tidak bekerja lagi, dan istri kakak akan mau melahirkan,” kata sang kakak.
Pada saat itu Riska sangat bingung kemana lagi dan siapa lagi yang harus dia cari. Tetapi dia yakin dengan kata-kata “DIMANA ADA KEMAUAN DISITU ADA JALAN”, dia memegang kata-kata itu dan yakin bahwa pertolongan Allah itu ada, walaupun sekarang belum pasti ada yang membiayainya yang penting dia mengikuti semua registrasi terlebih dahulu, supaya dia bisa masuk ke sekolah SMK.
Tanpa sepengetahuannya, ternyata nenek mencoba pergi kesalah satu anaknya meminjam uang untuk membiayainya sekolah. Waktu itu nenek bilang “bengk maeh singgak kepeng sik biaye Riska sekolah,lemakke gentikn, ndek ape jak ngendeng,” anaknya menjawab “cobak mentie laek ntande usahaink, dong uwahk jadi pegawe” artinya “ kasi saya pinjam uang untuk biayai Riska sekolah, besok saya ganti, bukan saya mau minta,” kata sang nenek kepada anaknya. Dan sang anak menjawab “coba daru dulu begitu caranya diusahakan (biaya uang.red), dong sudah dia jadi pegawai,” kata anak sang nenek Riska yang juga menjadi pamannya sendiri.
Nenek sangat sedih dan pulang kerumah, lalu berkata kepada Riska “SABAR BAIKU LAMUN EMANG IYE REJEKIBI, PASTI BI MAUK SEKOLAH, CAPAI CITA-CITA BI” artinya : “Sabar cucuku, kalua memang rezekimu, pasti kamu dapat bersekolah, capailah cita-citamu,”.
Beberapa hari kemudian “Alhamdulillah akupun Lulus dan biaya sekolahku itu aku dapat pinjam dari paman,”.
“Kehidupan semasa sekolah SMK ku sangat penuh dengan cobaan, aku sempat mengalami mau bunuh diri sampai 2 kali, semua itu sempat aku lakukan, aku berlari dari rumah nenek kepantai dengan niat aku ingin mengakhiri hidupku, tapi semua itu kugagalkan karena tiba-tiba aku berfikir kembali, untuk apa aku menyia-nyiakan hidupku. yang seharusnya aku lakukan aku harus buktikan kepada mereka bahwa aku bisa dan apa yang mereka katakan tentangku itu SALAH.
Setahun setelah menyelesaikan Study di SMK, Riska ditinggalkan oleh sang Nenek untuk selamanya, ditempat tidur Riska menemukan sepucuk surat dari sang nenek, yang diketahui Riska ditulis sendiri oleh sang Nenek untuk Riska, berikut petikan isi suratnya:
Oh Riska
Semenjak kamu masih kecil kamu tidak bisa pisah sama nenek! Aku kangen kamu Riska, tapi tiada daya aku kangen kamu, hatiku sudah hancur dengan kamu cucu.
Seandainya aku tidak menyuruh mu membersihkan (maksudnya mencuci piring) . Aku lebih menyesal dengan perasaanku, maafkan aku cucu ya, aku tidak tega melihat kamu pisah dengan aku, seperti katamu aku mati kamu ikut mati. Tapi mudah-mudahan kamu jadi orang bahagia cucu, aku doakan kamu dengan kebahagiaan masa depan, mudah-mudahan dibalas Allah dengan kebahagiaan masa depan.
Wassalam sekian
Terimakasih
Dan saat ini Riska sudah lulus untuk mengikuti Pemagangan ke negeri Sakura Jepang, melalui Lembaga Pelatihan Kerja Bali Tosha Lombok Kochi (BTLK). Riska belajar bahasa Jepang, 6 bulan lamanya dan berhasil diterima kerja di perusahaan Jepang hasil interview dengan Zoom Meeting pada Bulan Januari 2020 lalu.
“kontrak kerja sudah ditanda tangani, Riska akan bekerja atau magang disana (Jepang) selama 3 tahun, karena pandemi covid-19, pemberangkatan tertunda dan semoga bisa di berangkatkan bulan Mei atau Juni 2021 ini,” Jelas Rama Katsuyuki, Direktur Utama LPK Bali Tosha Lombok Kochi kepada Wartawan Berbagi News di ruang kerjanya. Sabtu (27/02/2021). (SHY)